Apakah Bangsa Indonesia Masih Menjunjung Tinggi Budaya Ketimuran?
Penulis: Edward Benedictus Roring – Duta Hukum dan HAM Jawa Barat
BANGSA Indonesia sejak dahulu dipandang menjadi salah satu bangsa yang sangat menjunjung budaya ketimuran seperti halnya sikap sopan-santun yang sangat dijunjung oleh bangsa kita yang menjadi akar daya Tarik dunia terhadap keistimewaan bangsa Indonesia.
Budaya ketimuran sendiri menurut teorinya adalah sebuah cara berfikir dan semangat hidup yang berbasis kehidupan komunal, alam, dan lingkungan. Budaya ini bisa dikategorikan sebuah gaya hidup sekelompok orang yang menolak dan menyaring berbagai perubahan hidup secara artifisial melalui IPTEK dan IPA sehingga tetap menjaga keselarasan harmoni sosial tanpa adanya perubahan yang cenderung membawa akar konflik dalam perkembangannya.
Budaya ketimuran sendiri sangat serasi dengan nilai-nilai moralitas yang dijunjung oleh sekelompok masyarakat pada penerapannya. Sayangnya setelah berkembangnya gaya hidup modern seperti halnya perkembangan dunia yang selalu berpatok pada gaya hidup masyarakat barat yang cenderung mewah dan membawa sikap egois seperti halnya hedonisme pada akhirnya membuat banyak dari masyarakat Indonesia sudah lupa dan meninggalkan nilai-nilai moral yang sebenarnya merupakan cikal bakal identitas bangsa Indonesia yang sesungguhnya.
Peran penting dunia pendidikan memang perlu kita kaitkan. Tapi mengapa dunia pendidikan hanya selalu berpatokan pada penilaian akademik siswa tanpa melihat suatu karakter sikap siswa tersebut? Ini sebenarnya yang menjadi kebobrokan pendidikan di Indonesia. Kalau kita melihat di negara dengan pelopor kurikulum pendidikan terbaik seperti Finlandia di Eropa dan Jepang di Asia mereka selalu mengutamakan pendidikan karakter moralitas peserta didik sehingga terciptanya tunas bangsa yang bermutu dan terbentuk dengan baik, bukan malah hanya fokus pada bagaimana cara mendapatkan nilai akademik dan tidak memperdulikan karakter peserta didik.
Maka dengan itu, dapat kita saksikan bagaimana lahirnya banyak dari pada petinggi-petinggi negara ini yang terkenal dengan kehebatan, kepintaran, dan segala macam keistimewaan duniawi yang mereka dapatkan tetapi memiliki nilai karakter dan moral yang buruk. Tiga kasus besar yang terjadi dalam cerita 2 Perwira Tinggi Kepolisian dan 1 Pejabat Kementerian Keuangan yang melanggar kode etikdi mana dalam kasusnya sama-sama memiliki kemiripan dalam satu hal dengan menunjukkan gaya hidup hedonisme yang sebenarnya dapat menimbulkan kecemburuan di hadapan masyarakat.
Dengan begitu peran pemerintah dan masyarakat memang diperlukan untuk menjadi penggerak dan pelopor agar bangsa kita Indonesia kembali dengan citra asli diri yang sangat menjunjung nilai moralitas dan budaya ketimuran dalam pribadinya, bukan budaya kemewahan yang menjadi pandangan hidupnya seperti saat ini.
Tinggalkan Komentar